(Fanfiction)You’re not my wife !!! CHAPTER 1




Annyeong. Ini fanfiction pertamaku lho.. di baca ya. Aku mohon banget kasi masukan atau kritik. Aku butuh itu. Coz aku pingin bikin ff lg yang buaaannyyaakk.. buat Oppadeul…
Gomawo chinggu yaa…



Cast = Kang-In, Lee Yeon-Ah, Hyun-Joo
Genre = Romantic

Yeon-Ah POV
Annyeong, namaku Lee Yeon-Ah. Aku berumur 26th sekarang. Aku lahir di tahun 1985. Ayahku seorang pengusaha besar. Ia tidak akan meninggalkan pekerjaannya untuk hal yang tidak penting. Eomma ku juga begitu. Ia terlalu lemah di depan Aboji ku. Ia tidak pernah sama sekali menentang kehendak Aboji walaupun Eomma tidak setuju.
Seperti yang kudengar dari beberapa saudara, Aboji itu orangnya sangat dictator. Orang yang sangat keras kepala dan tidak akan mendengarkan apapun yang orang lain katakan padanya.
 Ia hanya yakin pada diri sendiri. Dan lagi Aboji ku seorang Atheis. Aku tidak mengerti bagaimana bisa Eomma mencintai Aboji ku yang begini. Jujur aku takut dengan sikapnya. Sedari kecil, aku tidak pernah dekat dengannya. Ia hanya melihat bagaimana nilaiku di sekolah. Kami tidak pernah saling bercanda seperti anak dan ayah yang lain. Tapi aku tahu, dalam lubuk hatinya ia menyayangiku.


 Ada satu lagi yang aku tidak mengerti. Aku adalah anak tunggalnya. Aku memiliki sifat yang berbeda darinya. Sifatku cenderung mirip Eomma ku. Aku beragama, aku seorang Kristen. Aku tidak sekeras Aboji ku. Sering terlintas dalam pikiranku apakah aku bukan anak Aboji ku.

 Tapi itu bodoh. Kenyataannya walaupun kami tidak mirip dalam hal sifat. Wajah kami sangat mirip. Aboji sangat tampan. Mungkin ini yang menyebabkan Eomma ku bertahan dengan Aboji ku. Dan aku yakini wajahku tidaklah buruk.

Saat aku SMA dulu beberapa Namja menyatakan cintanya padaku. Tapi aku tidak bisa menerima mereka karena aku masih sayang dengan mantan kekasihku yang tak lain adalah kakak kelasku dulu. Kami berpisah karena dia melanjutkan kuliah di Negara lain.

Kami berpisah dengan baik-baik. Dan itulah yang membuatku belum bisa melupakannya. Akan lebih mudah bagiku untuk melupakannya jika kami berpisah karena berselingkuh, mungkin. Atau dia mencampakkanku. Tapi ini berbeda. Aku masih sangat mencintainya. Bahkan sampai saat ini. Aku tahu ini sangat bodoh. Mungkin di sana ia sudah melupakanku dan berpacaran dengan Yeoja lain.

Aku bahkan sudah tidak pernah berhubungan dengannya. Aku kehilangan kontak dengannya 5 bulan setelah kepindahannya.

Tapi, saat malam natal, ia akan kembali ke Korea untuk merayakan malam dengan keluarganya. Dia pasti mengunjungi rumahku dan menghabiskan waktu seharian. Itu yang membuat hatiku mempertahankannya. Aku ingin melupakannya. Sungguh aku ingin. Karena cinta ini tidak mungkin.

Eomma memberitahuku kemarin, bahwa Aboji mempunyai rencana untuk pasangan hidupku. Bukankah ini berarti bahwa aku akan dijodohkan? Aku tak akan melawan, karena aku tak sanggup.


Tak ada yang bisa memegangku erat. Seandainya ada Namja yang sangat mencintaiku dan menahanku untuk tidak menikah dengan Namja yang tidak kucintai. Huft. Eobseo. Tak ada Namja yang akan memperjuangkan aku. Jika begini apa proposal yang akan aku ajukan pada Aboji ku agar proyek perjodohan ini dibatalkan?

Aku tidak akan menanyakan pada Eomma mengapa Aboji mau menjodohkanku. Aboji termasuk orang besar di Seoul. Semakin tinggi sebuah pohon, pasti semakin kencang angin yang menghantamnya. Begitu pula dengan Aboji ku.

Banyak saingan bisnisnya di Negara ini. Aku yakin ia menjodohkanku bukan dengan sembarang orang. Dan aku kira ini dilakukannya untuk bergengsi. Entahlah apa yang ada di pikirannya. Bukankah aku ini anak satu-satunya? Apa ia tidak memikirkan kebahagiaanku?

Tapi apa yang kuinginkan untuk bahagia? Bahkan sekarang aku tidak mempunyai kekasih. Alangkah bahagianya jika aku mempunyai kekasih.
Hidupku benar-benar hampa. Tanpa terasa sebutir air mata melintas di pipiku.

“Yeon-Ah, kau di dalam?”

Terdengar suara yang tenang dan berat. Kurasa itu Aboji. Ia pasti lelah menungguku mempersiapkan diri. Hari ini juga aku akan bertemu dengan orang yang akan menjadi suamiku. Aku segera menghapus air mata agar tidak dilihat oleh Aboji.

“Ne Aboji.”

Aboji menghamipiriku dan duduk di sebelahku. Tepatnya di sisi tempat tidur. Aku menatapnya heran. Dia mengelus lembut rambutku. Dan tersenyum.

“Yeon-Ah ya, bagaimana perasaanmu? Apa kau sedih?”

Aku menggeleng pelan dan tersenyum menyembunyikan perasaanku yang sebenarnya.

“Appa menyayangiimu Yeon-Ah ya, kau harus percaya pada Appa. Appa menikahkanmu dengannya karena Appa tidak ingin kau mendapat pasangan yang salah. Kau akan bahagia, Appa berjanji”

Kata-kata yang begitu tulus. Aku tidak pernah mendengar ini sebelumnya. Nae Appa. Benarkah ini Appa ku? Aku meneteskan air mata. Dan memeluk Appa erat. Hal yang belum pernah kulakukan sedari aku lahir. Hangat, sangat hangat.

“Anniyo Appa. Nae haengbokhake. Aku percaya Appa ”

bagaimana mungkin aku tidak percaya dengan ketulusan ini? Aku merasa sangat yakin kalau aku bahagia. Aku yakin seperti sedang dipilihkan pakaian oleh desainer ternama dunia.

Setelah lama, aku melepaskan pelukanku. Dan menatap Appa. Appa mengelus rambutku halus dan berkata “uri ahdul” sambil tersenyum. Senyum yang sangat tulus dan tak pernah kulihat.




Yeon-Ah POV
Aku berjalan memasuki sebuar restoran yang sangat elegan. Bagaimana tidak. Aku akan diperkenalkan dengan calon suamiku.
Aku, Aboji, Eomma memasuki sebuah ruangan yang khusus di pesan.
Di dalamnya ada seorang Ahjumma dan Ahjussi, juga seorang Namja berperawakan kekar menggunakan jas hitam yang elegan. Kami masuk dan langsung disambut oleh keluarga yang ada di dalam.

Seperti biasa, Aboji mengobrol asik dengan Ahjussi yang tak lain adalah calon mertuaku. Eomma juga berbicara dengan Ahjumma yang akan segera menjadi besannya. Bukankah seharusnya aku sangat marah? Aku sangat sedih?

Tapi aku tidak merasakannya. Aku sangat tenang dan santai saat ini. Apa karena perkataan Aboji tadi? Entahlah, aku sepenuhnya terhipnotis oleh perkataan Aboji tadi.

Kami sudah duduk dan aku mulai melihat Namja yang ada di hadapanku. Bukankah dia Kim Young-Woon ? Teman SMAku dulu? Aku memperhatikan wajahnya. Dia berubah banyak. Dulu dia sangat tidak terawat. Dia sangat nakal dan jahil.

 Dan jika marah, semuanya akan takut. Dia bahkan memarahi wanita juga. Dia salah satu Namja yang menyatakan cinta padaku. Mungkin karena itu dia tidak memarahiku seperti yang ia lakukan pada Yeoja lain.
Bukankah ia juga member Super Junior ? ya. Aku ingat. Dia memakai name stage Kangin.

Aku memandang wajahnya heran. Begitu juga dengannya. Pandangannya padaku sekarang kurasa adalah cerminan pandanganku padanya.

“Yeon-Ah, Young-Woon, kalian saling mengenal bukan? Kalian itu dulu satu sekolah saat SMA”

 kata-kata Eomma membuatku menoleh kea rah Eomma sebentar lalu kembali mengamati Namja di depanku.

“Eh?” kataku dengan bingung.

“Ah, arraseo. Neo Lee Yeon-Ah ??”
Aku mengangguk dengan pelan. Dia masih mengingatku.

“kau ingat aku?” katanya dengan wajah bertanya.

“Ne, Kim Young-Woon absen 18 ?”

Semua yang ada di sini tertawa puas. Ya, aku tahu ini sangat lucu. Aku tidak bermaksud untuk melawak di sini. Tapi itu memang yang kuingat. Nomor absennya 18.

“Baguslah kalau kalian sudah saling mengingat. Young-Woon, kau akan menikah dengan Yeon-Ah. Mulailah mengenalnya lebih dalam dari sekarang”

Young-Woon tidak tampak terkejut. Sama denganku. Aku yakin ia sudah tahu bahwa ia akan dijodohkan. Aku lega karena setidaknya aku mengenal calon suamiku. Dia tidak begitu asing bagiku. Aku mendesah lega.


Makan malam kami telah selesai. Aboji dan Eomma pulang dengan mobil Aboji. Ahjumma dan Ahjussi pergi dengan sebuah mobil. Eomma mengatakan pada Young-Woon agar ia yang mengantarku pulang.

Apa-apaan Eomma ini. Sudah jelas bahwa aku satu rumah dengan mereka. Mengapa malah menyuruh orang lain mengantarku? Sudah sangat jelas bahwa ini usaha mereka semua mendekatkan aku dan Young-Woon.

Setelah membungkuk untuk member hormat pada mereka yang pergi. Aku melihat Young-Woon masuk ke dalam mobil dan aku mengikutinya.

Sedikit ada awkward antara kami. Mungkin ini karena kami sudah lama sekali tidak bertemu dan ketika bertemu malahan kami dijodohkan.
Apa yang harus kulakukan?
Apa aku harus memulai percakapan?

Ah, tidak. Itu sama sekali bukan karakterku. Aku bukan tipe orang yang suka berbasa basi.
 Aku hanya tenang menunggu kami sampai di rumahku dan mengakhiri situasi yang sedikit tidak nyaman ini.

Ha? Bukankah ini bukan jalan menuju rumahku? Jalannya sudah terlewat. Aku menolahkan kepalaku pada Young-Woon untuk bertanya.

“Young-Woon ssi. Kau salah jalan. Rumahku sudah terlewat”

“Anni, aku memang tidak ingin ke rumahmu sekarang. Kita akan melihat rumah yang akan kita tinggali nanti”

“Eh..?? jadi setelah menikah aku akan pindah?”

“Ne, itu yang dikatakan Aboji padaku”

Bagaimana ini? Aku tidak ingin tinggal sendiri. Maksudku hanya dengan suamiku. Aku ingin tinggal di rumah saja. Setidaknya ada Eomma yang menemaniku.

Aku tidak mencintai Young-Woon. Maksudku belum mencintainya. Mungkin suatu saat nanti aku akan mencintainya. Tidak mungkin aku serumah dengan Namja yang tidak kucintai.

“Apa kau begitu kecewa? Tidak ada yang bisa kita lakukan. Jalani saja apa yang Aboji mau. Bukankah mereka tidak menginginkan kita pulang dengan cepat? Maka dari itu aku membawamu ke sini. Apa kau ingin ke tempat lain?”

“Kau benar juga. Kita hanya bisa menjalaninya. Anni. Ayo kita ke sana”

Kataku dengan senyum yang tidak keluar dengan tulus. Aku senang Young-Woon begitu baik. Ia mengkhawatirkan perasaanku.

Kami tiba di sebuah rumah yang tidak asing denganku. Ya. Ini adalah Full House. Rumah yang khusus di bangun untuk keperluan shooting drama Full House. Rumah berinterior sangat baik. Lokasi yang jauh dari perkotaan. Dan ada pantai yang sepi di dekat sini. Aku sangat menyukai ini. Aku tidak menyangka Aboji menyiapkan rumah ini untukku. Senyumku mengembang.

“kau suka?”

“Ne, jeongmal johahaeyo”

“Kau senang dengan rumahnya atau karena kau tahu di sini ada 2 kamar?”

“Ne??” dengan spontan aku menjawab.

“Anni, aku hanya bercanda. Kau bisa tidur dimanapun kau mau”

Aku mengembungkan pipiku tanda kesal dan lega dengan ledekan Young-Woon. Aku memang senang karena di sini memang ada 2 kamar. Dengan begitu aku bisa menikmati hidup bahagiaku di Full House tanpa khawatir.

Aku benar-benar tidak bisa berhubungan dengan Namja yang tidak kucintai. Aku ingin malam pertamaku dengan orang yang kucintai.
Aku berjalan masuk dan berkeliling rumah. Semua perabot sudah ada di sini. Aku melihat ke kamar utama di kamar ini. Aku melihat kamar yang dulunya ditempati oleh Rain ini. Aku terkejut melihat isinya. Begitu dewasa. Seperti kamar Appa dan Eomma.

Mereka benar-benar mempersiapkan pernikahanku. Aku keluar dari situ dan menuju kamar yang dulu ditempati oleh Han Ji-Eun. Aku juga terkejut melihat isinya. Ini seperti kamar anak laki-laki. Apa-apaan ini. Orangtuaku benar-benar menginginkan cucu secepat ini? Tapi itu tak masalah. Aku bisa menggunakan kamar ini manjadi kamarku. Besok akan kusuruh beberapa orang untuk mengganti semua perabot di sini.

Ah. Jangan, jika aku menggantinya. Orangtuaku akan tahu dan marah kalau aku pisah ranjang dengan Young-Woon. Sebaiknya tetap seperti ini saja. Aku masih bisa tidur di kasurnya. Setidaknya itu lebih baik untuk sekarang.

Setelah berkeliling, aku menuju pekarangan rumah dengan pintu jendela yang biasa dilewati Ji-Eun Unnie. Aku duduk di ayunan kayu yang juga biasanya di duduki oleh Ji-Eun Unnie dan Rain Oppa. Aku menikmati udara malam di sini. Sangat nyaman. Aku  bahagia bisa tinggal di tempat setenang ini.

Tiba-tiba Young-Woon duduk di sebelaku. Aku menoleh sebentar lalu kembali menatap ke depan.

“Apa kau punya kekasih yang kau tinggalkan karena perjodohan ini?” tanyaku

“Eobseo. Aku belum bisa berpacaran karena aku member Super Junior. Akan sulit bagiku dan bagi Yeojachingu ku untuk menjalin hubungan. Bagaimana denganmu? Apakah kau ada?”

“Ah, benar. Kau seorang artis sekarang. Bagaimana rasanya menjadi artis? Apakah sulit? Aku tidak menyangka kau akan menjadi artis. Kau sangat menakutkan saat SMA”

Kataku mengalihkan pembicaraan. Aku tidak ingin menceritakan kebodohanku padanya. Tapi sepertinnya Young-Woon menyadari kalau aku sedang mengalihkan pembicaraan. Mulanya aku takut. Tapi ekspresi heran itu hilang dari wajahnya. Aku bisa membaca bahwa dia mengerti perasaanku dan mencoba untuk tidak menanyaiku.

Dia sangat perhatian. Dia berbeda dengan Young-Woon yang dulu. Dia menceritakan semuanya. Bagaimana kehidupan menjadi Kangin Super Junior. Aku menanggapinya dengan senang. Ceritanya sangat menarik. Bahkan dia menceritakan kekonyolan Hyung-Hyung nya.

Dia membuatku nyaman. Bahkan dia tidak malu untuk menceritakan kekonyolannya. Aku merasa sangat nyaman dengannya.

Tak terasa kami sudah menghabiskan 3 jam di sini. Karena sudah malam, Young-Woon mengantarku pulang. Aku juga mengucapkan terimakasih padanya. Bagaimanapun aku cukup terhibur hari ini.

Aku tak bisa membayangkan jika aku menikah dengan Namja yang sama sekali belum ku kenal dan menakutkan. Walaupun Young-Woon sedikit menakutkan karena tubuh kekarnya, tapi aku merasa nyaman berada di dekatnya.

TBC…



Semoga ga lama lagi ada chapter selanjutnya. Aku sudah menyelesaikan semua ini. Jadi tinggal posting. Oww iya. Kunjungi blog aku ya. @ kangjehoonhearts.blogspot.com
Gomawo.. ^^ di tunggu commentnya…

0 komentar:

Posting Komentar