You’re not my wife !!! CHAPTER 4(END)





Annyeong. Ini fanfiction pertamaku lho.. di baca ya. Aku mohon banget kasi masukan atau kritik. Aku butuh itu. Coz aku pingin bikin ff lg yang buaaannyyaakk.. buat Oppadeul…
Gomawo chinggu yaa…



Cast = Kang-In, Lee Yeon-Ah, Hyun-Joo
Genre = Romantic


Young-Woon POV

Paginya aku bangun dengan kepala pusing. Leherku masih perih. Yeon-Ah keterlaluan. Lukanya cukup dalam. Karena itu darahnya sampai menetes. Aku berdiri melihat ke cermin bagaimana lukaku. Aku mendesah keras. Aku bergegas mandi karena aku cukup banyak jadwal hari ini.

Aku turun dan mendapati dapur kosong. Ku kira Yeon-Ah sudah sembuh dan seharusnya ia bisa membuat masakan. Apa ia masih takut dengan kejadian kemarin? Aku harus melihatnya.

Aku beranjak ke kamarnya dan mendapati kamar itu kosong. Tapi aku bisa mendengar suaranya kamar mandi. Yeon-Ah Eomma menambahkan sebuah kamar mandi di kamar ini. Jadi jangan terkejut kalau di sini ada kamar mandi. Dulu saat Han Ji-Eun yang menghuni memang tidak ada kamar mandi. Rupanya ia sedang mandi.

Aku melihat ke sekeliling dan aku menemukan ponselnya. Aku membuka pesan di ponsel itu. Ada pesan dari Namja sialan itu

From=  Hyun-Joo Oppa
Jhagi ya.. Gwaenjhanayo?
Saranghaeyo.

Hatiku benar-benar hancur melihat semua ini. Entah ini  semua bisa terobati atau tidak. Tak tahu lagi apa yang ada di pikiran Yeoja itu. Mengapa ia bisa setega ini.

Tiba-tiba tangan seseorang memegang ponsel ini dan berusaha merebutnya. Itu Yeon-Ah. Aku menahan ponsel itu. Yeon-Ah tidak berhasil mengambilnya. Ia berusaha sekuat tenaga sambil memanggil namaku tapi aku tetap menahan ponsel itu. Aku melepaskan tangan Yeon-Ah dari ponsel dengan tenagaku dan membanting ponsel itu ke arah lain.

Yeon-Ah tampak terkejut. Ia menatapku dengan pandangan seolah marah. Aku balas menatapnya tajam. Aku mendekatkan tubuhku padanya tapi ia mundur. Aku menahan pundaknya dengan kedua tanganku dan mendekatkan wajahku padanya.

“Lee Yeon-Ah. Kau keterlaluan. Napeun Yeoja !!! kau masih tidak sadar apa yang kau lakukan padaku? Siapa suamimu sebenarnya? Apa kau tahu bahwa hatiku sakit. Aku sudah cukup bersabar dan ingin kau bisa menerima aku dengan sendirinya. Aku bisa bersabar saat kau memanggilku dengan sebutan Young-Woon ssi. Sedangkan Namja sialan itu kau panggil Oppa. Apa kau benar-benar tidak sadar? Apa kau bodoh? Dimana hatimu? Dan dimana otakmu? Kau benar-benar !!!! sudah cukup. Mulai sekarang aku tak peduli apa yang kau lakukan. Lakukan semua yang kau mau!!! Napeun!!!”

Aku mengatakan semua itu dengan mata melotot dan dengan nada tinggi. Yeon-Ah tampak sangat ketakutan dan hanya berdiam diri. Aku melepaskan pundaknya dengan kasar dan berjalan cepat keluar kamar. Aku membanting pintu dengan sangat keras.

Ya.. itu semua memang luapan isi hatiku sekarang, aku sudah mengatakan semua itu pada Yeon-Ah. Aku benar-benar tidak akan peduli lagi dengannya. Aku akan jalani hidupku sendiri. Walaupun aku sering melihatnya. Aku tidak akan merasa melihatnya.

Beginilah jika Kang-In tersakiti. Aku akan berhasil menjauhi orang yang menyakitiku sehingga aku tidak tersakiti lagi. aku tidak akan membalas dengan perbuatan. Dengan menjauhinya dan menganggapnya tidak ada kurasa itu cukup.





Yeon-Ah POV

Apa ini? Young-Woon marah. Mengapa ia bisa semarah itu? Apa ia serius dengan perkataannya? Semua yang dikatakannya seolah bermain di otakku. Aku sadar akan itu semua. Ia benar. Aku salah. Karena telah memanggilnya dengan Young-Woon ssi. Aku sudah melakukan hal yang salah dengan Hyun-Joo Oppa. Aku menghianati hatinya. Aku tidak menghargainya sama sekali.

Aku jatuh berlutut. Mengapa aku baru menyadarinya selarang. Betapa menyebalkannya aku. Aku menangis. Aku merasa bersalah, aku sungguh bersalah. Aboji sudah menghukumku tapi aku tidak tersadar juga. Sebenarnya kenapa aku? Mengapa aku bisa sejahat ini. Pikiran-pikiran itu terus melayang di otakku. Aku juga menangis banyak untuk hal itu.



Author POV

Young-Woon menjalani harinya dengan sedikit emosi. Ia tidak bisa tersenyum lepas setelah kejadian pagi ini. Tapi setelah beberapa hari Young-Woon pasti bisa 100% menjauhi Yeon-Ah dan itu tidak akan mengganggu perasaannya lagi seperti saat ini.

Jika dilihat dengan ini memang terlihat kejam. Tapi bagaimana jika kalian di posisi Kang-In. bagi Ryeo-Wook memaafkan dan bersabar mungkin itu mudah. Tapi tidak untuk Kang-In. dia tipe orang yang akan membenci orang yang menyakitinya. Tidak peduli siapa orang itu.

Lee-Teuk yang menyadari perubahan Kang-In langsung bertanya. Tapi Kang-In dengan tenang menjawab bahwa tidak ada apa-apa.


Di sisi lain Yeon-Ah menunggu Young-Woon pulang ke rumah. Sebenarnya ia sangat takut. Tapi ia harus meminta maaf. Apapun itu, ia harus mendapat maaf dari Young-Woon. ia merasa sangat bersalah.

Yeon-Ah terus mengamati luar dari kamarnya. Tiba-tiba mobil Young-Woon datang. Yeon-Ah langsung membuka pintu kamarnya hendak keluar. Ia melihat Young-Woon dari atas tangga. Young-Woon terlihat sangat lelah dan langsung menaiki tangga. Yeon-Ah segera menutup pintu dan mengurungkan niatnya untuk minta maaf hari ini. Yeon-Ah naik ke tempat tidur dan menutupi dirinya dengan selimut untuk memikirkan bagaimana caranya mendapat maaf dari Young-Woon.


Paginya Yeon-Ah bangun dan memasak. Ia berharap dengan ini Young-Woon bisa merasa lebih baik. Saat makanan hampir siap. Ia melihat Young-Woon turun dari tangga dan akan menuju dapur. Yeon-Ah hanya memandangi Young-Woon dengan wajah bingun harus member ekspresi apa. Young-Woon tidak jadi ke dapur dan menuju pintu keluar. Dan ia pergi. Yeon-Ah menundukan kepalanya dan duduk dengan lesu. Rencananya gagal. “Sepertinya Young-Woon benar-benar marah padaku.” ucapnya lesu



Yeon-Ah  POV
Aku duduk di ayunan di bagian luar Full House. aku sedang merenungi sesuatu. Sampai hari ini aku masih belum berhasil mendapat maaf dari Young-Woon. boro boro maaf. Bicara dengannya saja aku belum bisa. Sudah banyak yang kulakukan seperti yang dijelaskan di bawah ini=

a.       Saat aku menyiapkan makanan, tapi aku ada di dekat dapur. Young-Woon tidak akan menuju dapur untuk makan. ia pasti langsung pergi.

b.      Kucoba untuk tidak muncul di dapur saat jam makan. Ya, Young-Woon makan makanannya. Dia benar-benar menghindariku.


c.       Aku mencoba menahan tangannya saat kami berpapasan di rumah. Tapi ia melepaskannya dan membanting pintu. Dia sangat mengerikan.

d.      Saat ia duduk untuk menonton televisi, aku duduk di sebelahnya untuk mencoba bocara dengannya, tapi ia bangkit dan pergi.



e.       Jika aku datang saat ia makan, ia tidak akan menghabiskan makanan dan langsung pergi.

f.        Aku pergi menginap di rumah temanku. Berharap Young-Woon akan menelepon untuk menanyakan keadaanku. Tapi nihil. Ia sama sekali tidak menghubungiku. Padahal aku tidak memberitahunya agar ia mencariku.


g.       Saat aku menelepon untuk meminta pertolongan seperti di jemput atau apapun itu ia tidak akan mengangkatnya. Bahkan aku sampai menelepon 27 kali. Ia malah mematikan ponselnya. Jika aku mengirim pesan ia tidak membalas.

h.      Suatu ketika saat Eomma dan Aboji mengundang aku dan Young-Woon untuk makan malam di rumahku yang dulu. Ia tidak bicara sedikitpun walaupun aku mengajaknya bicara di dalam mobil. Aku tertidur kelelahan di mobil. dan saat aku bangun aku sendirian di dalam mobil. ternyata aku sudah sampai dari tadi, tapi Young-Woon tidak membangunkanku atau menggendongku masuk. Benar-benar keterlaluan. Bukankah pepatah berkata ‘meminta maaf dari seorang perempuan itu susah.’ Tapi mengapa ia seperti Yeoja saja. Sulit sekali membuat hatinya berbalik kembali seperti dulu.


i.         Suatu saat aku masuk ke kamar Young-Woon untuk menunggunya pulang. Berharap dengan ini aku bisa bicara. Saat ia masuk ia malah marah dan bertanya “Apa yang kau lakukan di sini?” tatapannya mengerikan. Aku hanya menjawab “Aku hanya menunggumu pulang” lalu dia menjawab dengan dingin “Aku sudah pulang sekarang” lalu ia menatapku dengan tatapan yang aneh.
Aku merasa seperti tersudutkan. Lalu ia berjalan ke arahku, menarik tanganku dengan kencang dan menyeretku keluar dari kamarnya. Aku terjatuh di lantai. Ia membanting pintu dan menutupnya. Aku hanya bisa berteriak kesal “Ya!!! Kim Young-Woon !!! Neo Babo !!! Napeun!!!” aku mendengar suara Young-Woon dari kamarnya “Neo du !!”


j.         Suatu pagi aku melihat Young-Woon bersiap untuk jogging di sekitar rumah. Tumben dia seperti ini. Biasanya dia lebih suka untuk tidur dari pada olah raga.
Aku mengikutinya dari belakang, tapi ia sama sekali tidak menghiraukanku. Ia terus berlari tanpa mempedulikanku. Larinya semakin kencang dan aku sedikit tertinggal. Nafasku terengah-engah karena lelah. Dan tiba-tiba aku terjatuh. Young-Woon menoleh ke belakang sebentar dan lalu melanjutkan larinya. Aku yang kesal bangkit berdiri dan menyusulnya. Dan menahan tangannya sehingga Young-Woon menoleh ke arahku. Pandangannya mengisyaratkan bahwa ia bertanya ‘apa?’ aku mencoba mengatur nafasku dan muai bicara dengan nada tinggi. “Ya!!! Kenapa kau tidak menolongku? Bagaimana bisa kau melihat istrimu jatuh tapi kau sama sekali tidak mempedulikannya”
“Mwo? Istriku? Siapa istriku? Neo?? Kau bukan istriku. Aku tidak punya istri sepertimu” lalu ia melanjutkan jonggingnya dengan santai.
JLEEEBB!!!
Seperti sebuah pedang menusuk jantungku. Perkataannya sungguh menyakitkan hati. Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. Sakit sekali. Bagaimana menggambarkannya? Aku tidak tahu. Young-Woon benar-benar membenciku sekarang. aku terjatuh lemas. Dan menangis. Hatiku sakit. Apa ini yang dirasakan Young-Woon? saat aku memanggilnya Young-Woon ssi? Saat aku berkencan dengan Hyun-Joo? Saat aku masih berhubungan melalui pesan dengan Hyun-Joo? Saat aku menolak untuk diciumnya? Saat aku menolak untuk melayaninya?
Aku menangis dan berteriak. Hatiku sakit.

k.       Aku pernah mencoba mengantarkan makanan saat ia berada di tempat latihan. Semua orang menyambutku kecuali Young-Woon. aku memberikan makanan itu dengan hati gembira dan senyum manisku, tapi yang dikatakannya hanya “Kau pulang saja” menyebalkan sekali. Ia mengambil makanan itu karena aku terus merengek manja. Sungguh Namja ini keterlaluan. Semua Namja di sekolahku akan luluh dengan rengekanku ini. Tapi Young-Woon tidak. Bahkan ia memberikan makanan yang kumasak dengan hati dan cinta pada Lee-Teuk Oppa. Aku di beritahu oleh Lee-Teuk Oppa bahwa Young-Woon tipe orang yang akan membenci orang yang menyakitinya. Ia tidak akan marah pada hal yang kecil dari orang yang disayanginya. Namun jika kesalahan itu kesalahan besar. Young-Woon akan marah dan menjauhi orang itu.


Tanpa terasa air mata mengalir di pipiku. Aku menangis. Aku sedih dengan semua ini. Aku sedih karena Young-Woon marah padaku. Ia tidak mempedulikan aku lagi. ia sangat dingin dan bahkan lebih dingin dari es.

Apa lagi yang harus kulakukan. kesalahanku memang sangat besar. Aku juga akan seperti Young-Woon. Aku menangis. Aku merindukan Young-Woon. aku menyayanginya. Sungguh aku baru menyadarinya.  Hatiku sakit saat ia tidak melihatku sedikitpun. Saat ia mengatakan aku bukan istrinya. Tangisku semakin menjadi. Tiba-tiba ada panggilan di ponselku. Itu dari Eomma. Aku menghapus air mataku dan mengangkatnya.

“Ne Eomma ”

“Nanti malam ada acara penting di hotel ****. Eomma sudah menghubungi Young-Woon. kalian harus datang. Tepat waktu ya.”

“Ne Eomma”
 Aku mematikan ponsel dan berjalan masuk ke dalam rumah.


Pukul 19.00.
Aku sudah siap dengan gaun sederhana yang jarang kupakai. Kurasa ini layak kupakai di pesta itu. Eomma selalu membelikan pakaian yang pantas.

Aku turun ke bawah dan melihat Young-Woon sedang menunggu di mobil. aku masuk ke dalam mobil dengan lesu. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan lagi. Kami menuju hotel yang Eomma sebutkan tadi.

Sesampainya di sana, Young-Woon membuat sudut di tangannya. Aku tersenyum kecil dan melingkarkan lenganku di sudut itu. Kami berjalan berdampingan. Tak ada senyum sedikitpun dari wajah Young-Woon. Dia seperti ini agar Eomma dan Aboji tidak curiga dengan masalah kami.

Kami masuk dengan senyum mengembang. Seolah-olah kami pasangan yang berbahagia. Young-Woon memang hebat berakting. Beberapa kali dia menjawab perkataanku. Ini sungguh menggelikan. Bagaimana bisa pasangan suami istri hanya berbicara di dalam pesta. Tapi aku sedikit senang karena bisa bicara dengan Young-Woon. aku merindukan suaranya. Saat dia berbicara lembut denganku.

“Jangan melamun” Young-Woon menyikutku.

“Ehh” aku yang terkejut hanya bisa berkata seperti itu.

Acara hampir selesai. Dan aku sudah lelah. Badanku lemas. Apa ini tanda bahwa aku akan demam. Aku bicara pada Young-Woon agar kami segera pulang. Setelah berpamitan pada Eomma dan Aboji. Kamipun berjalan menuruni tangga.

Tiba-tiba kakiku lemas dan aku merasa tubuhku berputar. Aku kehilangan keseimbangan. Sepertinya aku akan terjatuh. Tapi ada sesuatu yang menahan pinggangku. Young-Woon. wajahnya berada di depan wajahku sekarang. aku tidak terjatuh. Young-Woon menahanku. Mataku terbelalak dan menatapnya dengan terkejut.

“Gwaenjhanayo?”

Wajahnya. Matanya berbeda. Ini yang dulu kulihat. Young-Woon kembali. Jantungku berdetak sangat kencang. Aku sangat gugup. Mengapa ini? Tentu karena aku mencintainya. 

Dia melepaskan tangannya dari pinggangku dan membantuku berdiri tegak. Lalu dia berjalan turun. Aku masih diam di tempat. Jantungku masih berdebar kencang. Aku mengerjapkan mata dan tak terasa aku tersenyum senang. Aku menyusul Young-Woon dan masuk ke dalam mobil.
Kembali seperti biasanya, ia hanya diam di dalam mobil. aku tidak ingin tertawa. Tapi entah mengapa wajahku terus melakukannya. Aku berusaha keras untuk tidak tertawa. Memalukan sekali jika tertawa seperti ini.

Aku bangun dengan sangat gembira. Sebenarnya kenapa aku ini? Young-Woon hanya membantuku agar tidak terjatuh. Tapi mengapa aku bisa sesenang ini. Aku benar-benar seperti anak muda yang sedang jatuh cinta. Aku merasa mendapat semangat dan ide baru untuk mendapat maaf dari Young-Woon. hari ini ulang tahunnya. Aku akan membuat kejutan untuknya.

Aku bergegas mandi, menyiapkan makanan, menunggu Young-Woon selesai makan dan pergi, baru aku makan.

Pertama aku pergi ke toko roti untuk membeli kue ulang tahun. Aku memilih yang paling aku suka.  Aku menelepon Young-Woon.

“Young-Woon-a, malam ini kita makan di luar saja ya. Aku tunggu kau di restoran ***** jam 7 malam ini. Bagaimana?”

“Tidak bisa. Aku sibuk”

“Andwae. Kau harus datang. Aku akan menunggumu sampai kau datang”

Aku langsung menutup telepon. Dia selalu seperti ini. Aku mengembungkan pipiku karena sedikit kesal. Tapi taka pa. aku memang akan menunggu sampai Young-Woon datang.



Author POV

Pukul 23.30
Yeon-Ah sedang terduduk di pinggir restoran yang sudah ia datangi sejak sekitar 4 jam yang lalu. Ia meletakkan dagunya di lutut sambil membuat tulisan tak jelas di tanah dengan jarinya. Sudah 4 jam ia menunggu Young-Woon. ia sudah mengatakan pada Young-Woon bahwa ia akan menunggu sampai Young-Woon datang.

Sebenarnya Yeon-Ah sangat takut. Di jalan sangat sepi. Ini termasuk daerah yang tenang dan jarang ada kendaraan lewat pada malam hari. Restoran juga sudah tutup dari beberapa jam yang lalu. Terpaksa ia menunggu di luar. Kue tart yang sudah di siapkan begitu rupa juga sedikit rusak. Dia menghela nafas mengingat betapa kerasnya Young-Woon.

Sebenarnya Young-Woon sudah selesai bekerja dari pukul 22.00. tapi ia tidak langsung pulang. Ia tidak ingin menemui Yeon-Ah. Maka dari itu ia ke dorm Super Junior dahulu untuk mencari kesenangan. Ia mengganggu semua member agar tidak bisa tidur. Sehingga Lee-Teuk marah.

“Ya!! Young-Woon !! hentikan ini. Mereka aka nada jadwal besok pagi. Jangan mengganggu mereka. Pulanglah dan temani istrimu. Bukankah kau sudah berkeluarga?”

Mendengar itu Young-Woon menjadi teringat dengan Yeon-Ah. Ia berfikir apakah Yeon-Ah masih menunggu. Ia melirik jam. Sudah pukul 23.30. tidak mungkin Yeon-Ah masih di sana. Young-Woon keluar dari dorm dan menjalankan mobilku menuju rumah.

Saat masuk rumah. Lampu masih mati. Aku penasaran apakah Yeon-Ah masih menunggu. Aku melihat ke kamarnya. Tidak ada. Aku menuju tempat penyimpanan sepatu. Sepatu Yeon-Ah tidak ada. Young-Woon langsung dengan langkah cepat menjalankan mobil menuju restoran yang Yeon-Ah sebutkan.

Dalam hati Young-Woon tidak mengerti. Mengapa Yeoja itu masih menunggu. Sudah jam berapa ini. Hampir tengah malam. Apa yang terjadi jika seorang ya sendirian di jam seperti ini. Rasa takut menjalari Young-Woon. ia menekan gas mobil dengan kencang.

Saat tiba di depan restoran tersebut, ia keluar mobil dan berjalan mendekat restran itu. Ia melihat Yeon-Ah sedang duduk dengan dagu yang di letakkan di atas lututnya. Ia menulis-menulis di tanah dengan jarinya. Young-Woon menghelas nafas dengan berat. Ia lega tapi ia juga marah. Yeon-Ah  menyadari kedatangan Young-Woon. Ia langsung berdiri dan menghampiri Young-Woon dengan riang.

“Kau datang” suaranya dengan sangat gembira

“Ya!! Apa yang kau lakukan. Kau tahu jam berapa ini?”

“Kurasa jam 22.00”

“Sekarang hampir tengah malam. Mengapa masih di sini. Sudah kubilang aku tidak bisa dan jangan menungguku. Bagaimana kalau ada apa-apa. Seorang Yeoja sendirian di pinggir jalan begini” Young-Woon mengucapkannya dengan cepat dan nada tinggi

“Kan aku sudah mengatakannya padamu. Aku akan menunggu sampai kau datang. Mengapa kau datang begitu malam. Tapi tak apa. sekarang kau datang” katanya dengan wajah polos. Seperti anak kecil yang sedang manja pada ayahnya.

“Jangan lakukan ini lagi. apa kau tak mengerti bahaya?” kata Young-Woon ketus

“Ne, aku tahu ini berbahaya. Tapi jika aku dalam bahaya, aku yakin kau akan datang menyelamatkanku. Jadi aku tak takut”

Young-Woon tersenyum. Ia tidak bisa menahannya kali ini. Selama ini ia bisa menahan tertawa dengan tingkah Yeon-Ah yang berusaha meminta maaf padanya. Young-Woon tidak benar-benar membenci Yeon-Ah. Ia hanya sedang menghukum Yeon-Ah agar tidak mengulangi kesalahannya. Memang Kang-In evil. Ini terlalu berat jika ingin disebut menghukum. Kasihan Yeon-Ah.

“Babo!! Aku pulang” Young-Woon mengatakan itu dengan tersenyum dan berbalik untuk berjalan menuju mobil.

Tiba-tiba tangan Yeon-Ah menahan Young-Woon.

“Chakkaman. Ada sesuatu untukmu”

Yeon-Ah berbalik ke tempat semulanya dan menyiapkan kue untuk Young-Woon. Young-Woon hanya heran. Ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Yeoja ini lagi.
Yeon-Ah yang sudah selesai menyiapkan membawa kue itu ke hadapan Young-Woon sambil menyanyi.

“Saengil chukkahamnida… saengil chukkahamnida… saranghaneun ane nampyont. Saengil chukkahamnida”

Young-Woon tersenyum melihat ini. Ia baru ingat kalau hari ini ulang tahunnya.

“Make a wish” kata Yeon-Ah dengan gembira.

Young-Woon menutup matanya dan berkata dalam hati ‘aku ingin hidup bahagia dengan istriku’
Lalu Young-Woon membuka matanya dan meniup lilinnya.

“Gomawo” kata Young-Woon pada Yeon-Ah.

Yeon-Ah tersenyum dan meletakkan kue itu di tempat lain. Yeon-Ah mendekati Young-Woon dan memeluknya dengan lembut dan pelan. Yeon-Ah sedikit takut Young-Woon akan menjauh. Mengingat sikap Young-Woon selama ini. Tapi Young-Woon hanya diam tidak bereaksi. Young-Woon menunggu Yeon-Ah akan berkata apa. Yeon-Ah menyandarkan kepalanya di dada suaminya itu.

“Young-Woon-a. aku minta maaf. Benar-benar maaf. Aku menyadari semuanya. Aku tak akan mengulanginya lagi. aku janji. Aku menyukaimu dan bahkan mencintaimu. Aku menangis saat kau mengacuhkanku. Aku memikirkan bagaimana bisa berbicara padamu. Hatiku sakit saat kau mengatakan bahwa aku bukan istrimu. Jantungku berdetak sangat kencang saat aku di dekatmu. Kumohon maafkan aku Young-Woon. kumohon jangan acuhkan aku. Mianhae”

Yeon-Ah menangis dan Young-Woon mendengar isakannya.
Young-Woon membalas memeluk Yeon-Ah dengan erat dan mengelus kepala Yeoja yang sangat dicintainya itu. Young-Woon tidak menyangka Yeon-Ah bisa seperti ini. Ia hanya berharap Yeon-Ah sadari kesalahannya, tidak menyangka akan menyakiti hati Yeoja ini. Young-Woon hanya tersenyum bahagia mendengar pengakuan Yeoja ini.

Yeon-Ah memejamkan matanya karena merasa nyaman dengan balasan pelukan Young-Woon. Yeon-Ah mengeratkan pelukannya.

“Ne, aku sudah memaafkanmu. Aku juga mencintaimu.”

Young-Woon melepaskan pelukannya dan melihat wajah Yeon-Ah yang tertunduk karena menangis. Young-Woon mengangkat wajah Yeon-Ah dan mengusap air matanya

“Uljima. Aku janji tidak akan mengacuhkanmu lagi. kau istriku. Selamanya Lee Yeon-Ah istri Kim Young-Woon”

Yeon-Ah menatap Young-Woon dan tersenyum senang.

“jinjja?”

Young-Woon mengannguk pelang sambil tersenyum. Tiba-tiba Yeon-Ah berjinjit dan mencium pipi Young-Woon. Young-Woon menatap Yeon-Ah dengan pandangan heran. Yeon-Ah menunduk dengan tersipu malu. Young-Woon mendekatkan wajahnya pada Yeon-Ah dan mencium bibir istrinya itu. Mereka berciuman tanpa mempedulikan keadaan sekeliling. Ini ciuman pertama mereka.


Di Full House.
Young-Woon mengganti pakaiannya dengan pajama dan berbaring di tempat tidur. Tiba-tiba terdengar pintunya di ketuk.

“Masuk”

Yeon-Ah masuk ke dalam dengan pajamanya.

“Wae Yeon-Ah ya??”

“Boleh aku tidur di sini?”

“Ehh?? Kau yakin”

Yeon-Ah mengangguk yakin. Young-Woon tersenyum dan menepuk ranjang di sebelahnya memberi tanda agar Yeon-Ah tidur di situ. Yeon-Ah menaiki ranjang dan berbaring di situ. Tangan Young-Woon menyangga lehernya dan menarik Yeon-Ah ke dalam pelukannya. Yeon-Ah menurut dam memeluk Young-Woon.

“Yeobo saranghaeyo” ucap Yeon-Ah.

“Na du” jawab Young-Woon.

“Yeobo ya…” panggil Yeon-Ah

“Wae??” jawab Young-Woon.

“Mengapa kau begitu gendut?”

“Ehh..??” jawabku heran

Aku melihat Yeon-Ah yang ternyata sudah tertidur dengan pertanyaan terakhir.
Aku mengecup keningnya dan tidur. Hari yang bahagia. Aku tidak menyangka Tuhan mengabulkan permintaanku secepat ini. Tak ada hitungan menit.




THE END

Gomawo all. Semoga suka ff  ini. Sungguh aku seneng aku bisa menyelesaikan ff pertamaku ini. Comment yuaa.. makassii…^^^^

0 komentar:

Posting Komentar